Pada kesempatan kali, IndoTECH akan mencoba untuk mereview smartphone yang dirilis oleh Samsung, yang mengeluarkan smartphone unggulannya, yaitu Samsung Galaxy S7 dan Samsung Galaxy S7 Edge. Kedua smartphone flagship ini memiliki spesifikasi yang sama, hanya berbeda dasar pada ukuran dan bentuk layar, dan juga ukuran kapasitas baterai.
Kalau kita lihat secara selintas, bentuknya memiliki kemiripan dengan smartphone seri sebelumnya Samsung Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge. Apalagi jika kita hanya melihat dari gambar bagian depannya saja, seperti hampir terlihat tidak ada yang berubah. Kalau dari hanya melihat gambar, banyak orang mengatakan atau mengambil kesimpulan bahwa Samsung tidak melakukan banyak perubahan pada Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge.
Tetapi ternyata dari berbagai tes, review, atau bahkan membongkar komponen bagian dalamnya, banyak hal baru dan menarik aygn dibawa oleh flagship nomor tujuh ini.
DESAIN
Samsung Galaxy S6 terutama S6 Edge menjadi titik awal perubahan gaya design secara radikal dari Samsung. Ketika melihat gambar atau foto frontal perubahan dari Galaxy S6 ke Galaxy S7 dan Galaxy S6 Edge ke Galaxy S7 Edge seperti tidak terlihat, tapi ternyata ketika device dilihat secara langsung dan digemgam, baru kita dapat mengerti perubahan design yang terjadi.
Sebenarnya Galaxy S7 series sedikit lebih tebal 1 mm dibandingkan pendahulunya Galaxy S6 series, akan tetapi perubahan design pada bagian belakang yang dulu lebih flat atau rata, sekarang dibuat lebih melengkung, hal ini mengubah faktor ergonomik design. Dan hasilnya, Galaxy S7 malah terasa lebih nyaman untuk digenggam.
Lengkungan pada bagian belakang Galaxy S7 series membuat penambahan ketebalan tidak terlalu terasa, lebih mudah untuk diangkat dari meja atau permukaan rata, sekaligus membuat lensa camera tidak menjadi terlalu menonjol atau protruding.
Perubahan lain pada design adalah pada bagian lapisan kaca 2.5D depan dan belakang, yang sekarang ini lebih melengkung, bahkan melengkung ke semua sisi termasuk bagian sisi dan bawah. Lengkungan 2.5D yang lebih lebar ini ternyata membuat device lebih mudah masuk ke dalam saku.
Layar melengkung pada Galaxy S6 Edge sebelumnya sudah dianggap menggunakan teknologi yang advance karena kesulitan dalam pembuatannya, dan sekarang pada Galaxy S7 Edge, layar melengkung ini tidak hanya di bagian sisi kiri dan bawah, tetapi juga terlihat melengkung di kedua ujung atas dan bawah, yang menandakan proses 3D thermoforming yang lebih maju sudah dapat tercapai.
IP68 ANTI DEBU DAN AIR
Ingres Protection yang disingkat IP adalah sertifikasi yang diberikan kepada peralatan yang memiliki ketahanan terhadap kerusakan akibat kemasukan partikel pada, atau cairan, ataupun keduanya.
Symbol atau angka pertama setelah huruf IP menunjukkan ketahanan terhadap partikel padat, dan angka kedua menunjukkan ketahanan terhadap cairan.
Skala tertinggi dari partikel padat adalah angka 6, yang berarti device tahan terhadap kemasukan debu halus atau kecil.
Dan skala tertinggi dari proteksi terhadap cairan adalah angka 9, ketahanan terhadap cairan bersuhu panas hingga 80 derajat celcius sekaligus tekanan air yang tertinggi.
Dengan bersertifikasi IP68, berarti Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge memiliki ketahanan terhadap kemasukan partikel padat atau debu, dan sanggup direndam di dalam air dengan kedalaman di atas 1 meter selama beberapa waktu. Samsung mengklaim device S7 series sanggup direndam sampai kedalaman 1,5 meter selama 30 menit.
Dan tentu saja Galaxy S7 bukan menjadi smartphone pertama yang tahan air. Pada device pendahulunya Galaxy S5 dan beberapa device Xperia series produksi Sony, kita sudah mengenal fitur tahan air ini. Tetapi ada evolusi teknologi tahan air yang menarik yang dibawa oleh Galaxy S7 series ini.
Pada device Xperia series produksi Sony, kita sering kali melihat ada dua sertifikasi IP, yaitu IP65 dan IP68. Device tersebut baru dapat direndam ke dalam air (IP68) jika flap penutup berbahan karet yang menutup bagian-bagian ports dari smartphone yang terbuka seperti USB port dan lubang jack headphone benar-benar tertutup rapat.
Pada saat penutup karet terbuka, standar IP menurun le IP65, yang berarti device tidak dapat direndam di dalam air, tetapi device masih bisa terkena hujan atau air kran yang mengalir tidak kencang. Demikian pula pada Galaxy S5, penutup baterai harus benar-benar diyakini telah tertutup sebelum bisa diyakinkan tahan untuk direndam di dalam air.
Perbedaan pada proteksi IP68 Galaxy S7 series, pertama tidak ada lagi flap penutup atau kerat penutup yang berfungsi menutup ports terbuka seperti USB port, lubang jack headphone, maupun lubang mic. Dasar design metal dan glass unibody sangat berperan membantu Galaxy S7 series dapat diproteksi lebih, dengan menambahkan lapisan karet proteksi khusus pada pertemuan rangka dan penutup.
Pada setiap port yang terbuka seperti USB port, lubang headphone, telah diganti dengan material yang tahan karat dengan bahan nikel dan platinum. Port-port yang terbuka ini telah di design untuk diberi lapisan karet penahan air. Bahkan pada bagian port penerima listrik sudah disertakan sensor kelembaban khusus.
Jika device habis terendam air, ada kemungkinan port USB ini belum kering benar, dan seperti yang kita ketahui jika listrik dialirkan ada port yang masih basah, ada kemungkinan terjadi korsleting listrik. Ketika port masih basah atau mengandung air dan kita mencoba men-charge-nya, maka proses charging akan ditolak dengan notifikasi atau pemberitahuan port masih basah, untuk memproteksi device dari hubungan arus pendek.
Dan bagusnya lagi, Galaxy S7 series juga sudah dilengkapi dengan fitur wireless charging, sehingga proses charging bisa tetap dilakukan jika port terbuka masih dalam keadaan basah, dengan meletakkan device di atas wireless pod.
Akan tetapi, terdapat lubang yang tidak dapat diproteksi biasa dengan bahan karet, misalnya lubang mic atau speaker. Jika lubang mic atau speaker ditutup atau diproteksi dengan karet, maka suara yang diterima akan terhambat/tertutup. Pada Galaxy S7 digunakan bahan Gore-Tex, bahan yang dikenal di dunia adventure yang biasa dipakai para pendaki gunung dan petualang. Bahan ini berfungsi untuk memberi perlindungan tahan air pada sepatu, jaket, tas, dan lain-lain, akan tetapi tetap breatable atau masih bisa bernafas.
Bahan Gore-Tex ini membuat perlindungan anti air satu arah, dimana air dari luar tidak dapat masuk ke dalam, sementara panas di dalam atau keringat dari dalam tetap bisa keluar. Dengan menggunakan bahan ini, lubang mic atau speaker tetap terbuka, suara dapat masuk dari luar tetapi air tidak bisa masuk.
Inovasi ketiga menjadi bagian tahan air yang berbeda yang dimiliki device Galaxy S7 series, yang dapat menjadi standar masa depan bagi device-device lain yang menambahkan fitur tahan air. Biasanya walau sebuah smartphone memiliki sertifikasi tahan air, pada waktu smartphone tersebut sengaja digunakan di area yang sangat berair, misalnya kolam renang atau saat berendam di bathtub, ketika layar terkena atau terendam di dalam air, fungsi touch screen otomatis akan freeze atau malah bergerak tidak beraturan.
Pada tubuh manusia 70% terdiri dari air, dan saat jari kita menyentuh layar touch screen, aliran listrik di atas layar berubah dikarenakan jari kita merupakan konduktor atau penghantar listrik, dan layar sentuh mengenalinya sebagai input. Demikian pula pada saat air yang juga bersifat sebagai konduktor listrik mengenai layar, layar sentuh akan mengenali perubahan aliran listrik di atasnya dan akan melakukan proteksi dengan tidak merespon air tersebut sebagai input, untuk menghindari kumpulan air mengendalikan fungsi smartphone, sehingga tanpa sengaja akan mengaktifkan aplikasi serperti misalnya bertelepon, mengirim pesan dan lain sebagainya.
Proteksi layar sentuh ini membuat fungsi smartphone menjadi terbatas ketika terkena air, sehingga pada kebanyakan smartphone tahan air hanya dapat digunakan untuk mengambil foto di dalam ait menggunakan tombol hardware atau tombol fisik yang tersedia, tanpa dapat melakukan aktivitas yang bergantung pada layar sentuh yang mendapatkan input dari jari kita.
Galaxy S7 menggunakan chip pengontrol sentuhan layar yang baru, yang dibuat oleh Samsung sendiri, yang kini memungkinkan sentuhan jari tetap dapat dikenlai saat layar terendam di dalam air. Jadi terdapat perbedaan dengan kebanyakan device tahan air lainnya. Galaxy S7 kali ini dapat diajak berendam, berenang, sambil tetap bisa digunakan untuk aktivitas lain seperti mengambil foto, menonton film, browsing dan lain sebagainya.
Fitur tahan air memberikan rasa aman terutama untuk mereka yang bekerja di lapangan, di ruang terbuka, para petualang, bahkan orang bisa sekalipun, karena berdasarkan data, salah satu penyebab kerusakan smartphone tertinggi adalah air.
MEMORY CARD
Sejak dahulu keunggulan smartphone flagship Samsung yang dianggap lebih dibanding pesaingnya, seperti misalnya iPhone produksi Apple, adalah baterai yang bisa diganti dan tersedianya slot memory card. Saat Galaxy S6 diperkenalkan, kedua fitur tersebut dihilangkan, dan mendapat banyak komentar dari penggemarnya.
Pada saat itu Galaxy S6 sebenarnya beralih menggunakan memori internal dengan standar kecepatan baru, yaitu UFS 2.0, yang lebih cepat dari memori internal yang pernah ada. Kecepatannya yang tinggi menjadi tidak seimbang ketika disandingkan dengan kecepatan memory card yang lebih rendah, dan kabarnya saat itu jika dipaksakan, memory card akan sering crash. Sebagai perbandingan, internal memory UFS 2.0 memiliki kecepatan random write-nya bisa 28 kali lebih cepat daripada memory card eksternal.
Dan pada Galaxy S7, sudah ditemukan cara bagaimana mengatasi masalah tersebut, hal ini juga dimungkinkan karena penggunaan operating system Android yang baru, yaitu Marshmallow. Pada OS 6.0 ini, Google memang baru benar-benar membuatkan dukungan terhadap keberadaan memory card, terutama dengan membuat fitur adoptable storage, dimana memory card eksternal bisa digabungkan menjadi bagian dari internal storage.
Sebenarnya fitur adoptable storage ini lebih dimaksudkan Google untuk mendukung smartphone Android dengan keterbatasan memori internal, misalnya hanya memiliki internal memory 4 GB atau 8 GB. Hal ini dapat terlihat lebih jelas karena produk Google Nexus terbaru, seperti Nexus 5X dan 6P sendiri, tidak memiliki slot memory card.
Galaxy S7 dan S7 Edge secara default tidak menyediakan fitur adoptable storage ini, karena ketika memory card mengadopsi sistem ini, maka memory card tersebut tidak akan dapat dibaca lagi seperti memory card biasa, yang bisa dipindahkan ke smartphone lain atau dibaca via card reader.
Memory card akan menjadi bagian dari internal storage dari smartphone tersebut. Setelah menjadi adoptable storage, kecepatan baca tulis memory card juga menurun, hal ini dikarekan memory card tersebut harus di-enkripsi untuk keamanan data dengan enkripsi berstandar 128-bit AES EXT4.
Jika dirasa memory internal 32GB tidak mencukupi dan pemilik Galaxy S7 atau S7 Edge ingin tetap menggunakan fitur ini, sebaiknya menggunakan memory card dengan kecepatan tinggi, dengan minimal memiliki spesifikasi class 10 atau UHS, dan dapat digunakan untuk trik ini.
Tidak semua memory card yang ada harus dijadikan adoptable storage, dengan cara di atas, memory card bisa dibagi dua, sebagian untuk adoptable storage, dan sebagian tetap menjadi memory card biasa.
Internal memori berstandar UFS 2.0 di Galaxy S7 dan S7 Edge juga di-enkripsi, seperti yang Google lakukan pada device Nexus 6P dan 5X. Hanya saja dari hasil tes, enkripsi ini membuat kecepatan internal memori di perangkat Nexus turun, sementara di Galaxy S7 dan S7 Edge tidak. Sepertinya para engineer Samsung sudah mampu mengatasi hambatan ini.
Pihak Samsung sendiri merasa 32GB internal memory card sudah mencukupi, dan kebutuhan data plus media dapat di-cover oleh memory card yang bisa diterima hingga kapasitas 200 GB. Mereka melihat bahwa kebutuhan memory card sebagai penyimpan data dan media yang diharapkan oleh konsumen dapat dipindahkan atau menjadi backup.
Jika diperlukan, sebenarnya tanpa adoptable storage masih banyak aplikasi dari internal storage yang tetap dapat dipindahkan ke memory card melalui application manager, hanya cara ini memang tidak dapat diterapkan untuk semua aplikasi.
Samsung Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge sudah dilengkapi dengan slot hybird, yang artinya kita dapat memilih menggunakan dua lubang pada tray yang disediakan untuk dual Simcard, atau dengan menggunakan konfigurasi 1 simcard dan 1 memory card. Jika kita menggunakan dual simcard, dengan terpaksa kita hanya dapat mengandalkan memory internal saja, sementara jika kita ingin menggunakan memory card tambahan, maka kita hanya dapat menggunakan 1 simcard saja.
HEAT PIPE PENCEGAH PANAS
Processor smartphone sekarang ini semakin kencang, bahkan sanggup memainkan game-game rumit/berat sekelas game konsol. Hal ini dapat menyebabkan processor menghasilkan panas yang tinggi. Personal Computer atau PC yang berukuran cukup besar saja membutuhkan kipas pendingin untuk mencegah overheat pada processor atau kepanasan.
Walapun processor smartphone menghasilkan panas yang tinggi, kekurangannya dibanding PC yang memiliki ukuran ruang yang cukup besar, ukuran body smartphone sangat kompak dan dipenuhi dengan banyak perangkat di dalamnya. Memasangkan kipas angin untuk menyalurkan panas keluar seperti pada PC atau notebook adalah hal yang mustahil dilakukan pada smartphone.
Pada tahun-tahun sebelumnya, banyak terjadi pada smartphone flagship mengalami overheat, walaupun hal ini tidak terjadi pada produksi Samsung. Sedangkan processor yang sekarang ini banyak digunakan lebih cepat dibandingkan processor-processor yang digunakan pada tahun-tahun sebelumnya.
Walapun bukan menjadi yang pertama menggunakannya, Samsung dalam Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge menambahkan pipa pendingin untuk menyalurkan panas dari processor secara cepat. Karena processor yang panas atau over heat selain menghasilkan panas yang tidak nyaman terasa di genggaman tangan, juga otomatis akan menurunkan kinerjanya, atau yang sering dikenal dengan istilah throttling.
Processor yang panas tidak akan dapat bekerja maksimal, sehingga kecepatan komputasi akan terganggu karena processor terpaksa menurunkan kecepatannya untuk menurunkan panas yang dihasilkan.
Hal ini akan berdampak pada aplikasi akan sering tidak berjalan lancar, atau misalnya pada saat digunakan untuk bermain game akan terasa tersendat-sendat, atau frame rate yang menurun. Suhu yang panas juga akan berpengaruh terhadap konsumsi baterai, yang akan menjadi lebih boros.
Heat pipe berupa pipa pipih berbahan tembaga yang diletakkan memanjang di atas processor. Di dalam pipa ini terdapat banyak serabut kapiler kecil yang dapat mengalirkan cairan pendingin dengan cepat. Saat melewati processor yang panas, cairan di dalamnya berfungsi mendinginkan processor yang panas, kemudian menguap ketika menyerap panas dari processor.
Setelah terjadi penguapan maka terjadi kondensasi di bagian ujung pipa yang lain yang lebih dingin, kemudian uap mengembun berubah lagi menjadi cairan yang kemudian kembali mengalir di dalam pipa tersebut ke atas processor yang panas, begitu prosesnya berulang-ulang.
Untuk mendinginkan pipa dengan cepat, panas yang dibawa uap tidak hanya disimpan di dalam heat pipe, di bagian atas dan bawah heat pipe dilapisi lebaran besar grafit dan tembaga, bahan grafit ini dapat dengan cepat menyerap dan mendistribusikan panas agar tersebar merata. Panas dari lembaran ini kemudian diterima body metal dan disebarkan merata ke seluruh permukaan smartphone.
Dengan cara pelepasan panas ini, beberapa tes memperlihatkan ketika Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge digunakan secara intensif untuk bermain game yang memerlukan rendering kompleks dan menyita kinerja processor, suhu device tetap bertahan di kisaran 30 derajat celcius, besar suhu ini tidak akan terasa panas atau bahkan terasa hangat di genggaman tangan. Tes suhu gaming dapat dilihat di sini.
Umumnya pada device lain penggunaan aplikasi yang meminta kinerja grafis tinggi, akan dengan mudah menaikkan suhu smartphone di atas 40 derajat celcius. Bersamaan dengan tes didapati juga penggunaan baterai pada kinerja grafis tinggi, Galaxy S7 lebih hemat, bahkan ketika digunakan bersamaan dengan gear Virtual Reality, hal ini akan menambah beban pada device yang sangat menyita kinerja processor dan juga menghasilkan panas yang tinggi. Didapati Galaxy S7 dapat tiga kali lebih hemat dibanding flagship sebelumnya.
Produk Sony pada seri Xperia Z5 sebenarnya juga menggunakan liquid heat pipe, bahkan terdapat dua buah. Tetapi, entah mengapa saat dipergunakan untuk merekam video 4K, setelah beberapa saat device tetap berhenti karena overheat. Melihat kondisi ini, sepertinya distribusi panas melalui heat pipe pada Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge lebih dirancang dengan sempurna.
ALWAYS ON DISPLAY
Beberapa cara sudah diperkenalkan smartphone untuk melihat data umum semudah mungkin, bahkan hanya untuk melihat informasi jam dan tanggal. Kali ini dunia diperkenalkan dengan 'Always On Display', baik oleh Samsung maupun merk LG. Sebenarnya sebelum Samsung dan LG, device dari vendor lain termasuk Motorola juga sudah memperkenalkan satu fitur yang hampir sama seperti ini.
Ada perbedaan untuk menampilkan informasi di layar Motorola dibutuhkan gesture pemicu seperti mengangkat smartphone, mengeluarkan dari kantung, atau ketika ada notifikasi masuk. Setelah itu informasi 'always on' yang dinamai active display ditampilkan beberapa detik dan kemudian hilang kembali ke layar dalam keadaan mati atau blank.
Samsung juga sebenarnya sudah pernah mengaktifkan hal serupa pada smartphone lengkung pertamanya, yaitu Galaxy Round. Ketika satu sisi ditekan yang membuat device bergulir dikarenakan bentuk punggungnya yang melengkung, informasi berupa jam dan beberapa notifikasi ditampilkan.
Berbeda dengan konsep 'always on' yang lama, kali ini tidak ada gesture atau trigger yang harus dilakukan, informasi akan selalu menyala. Kita dapat mengibaratkan seperti layar yang mati tetapi ada gambarnya.
Sebenarnya apa fungsinya 'always on' ini? Menurut survey, dalam kehidupan sehari-hari rata-rata setiap orang menyalakan smartphone-nya sebanyak 150 kali, dan di antaranya hanya untuk melihat jam atau menyalakan smartphone untuk melihatnya.
Dan dengan adanya fitur always on ini, kesalahan gesture dapat diminimalisirkan, karena informasi selalu tersedia. Dan juga, pada saat device diletakkan di meja kerja atau di samping tempat tidur, informasi berupa jam atau penanggalan selalu tersedia tanpa harus melakukan aktivitas untuk menyalakan layar smartphone.
Berbeda dengan LG G5 yang menggunakan layar IPS LCD yang membutuhkan backlight sebagai penerangan pada fitur always on. Pada Galaxy S7, layar Super Amoled dapat berpendar dengan sendirinya di setiap pixelnya memiliki keuntungan tersendiri.
Pada layar LCD, harus ditetapkan bagian backlight mana yang menyala untuk informasi always on dapat dilihat. Dan untuk menghemat baterai, bagian backlight yang menyala harus dibuat seminimal mungkin, dengan kondisi ini apa yang ditampilkan sebagai informasi always on akan sangat dim dan akan diam di tempat yang sama.
Sedangkan layar Super Amoled dapat berpendar dengan sendirinya, juga dapat menampilkan informasi yang tidak plain, tidak hanya huruf atau gambar berwarna putih, tetapi juga dapat diberi gambar background, misalnya pola dedaunan atau jaringan kawat dan sebagainya sesuai selera pengguna. Dan kalau kita perhatikan, bagian always on ini akan bergerak berpindah-pindah pada layar.
Hal ini bertujuan untuk menghindari efek ghosting, dimana mungkin pada layar akan terdapat bekas bayangan huruf atau gambar yang selalu tampak, walaupun gambar sudah berganti, karena sudah terlalu lama huruf atau gambar yang sama ditampilkan di tempat yang sama/tetap.
Dan dengan tersedianya theme atau tema untuk tampilan launcher, para developer dapat mengembangkan tampilan yang berbeda untuk fitur always on ini.
VULKAN SANG PRIMADONA GAMERS
Pada saat game digital dimulai, game-game tersebut masih sangat terlihat sangat simpel dengan gambar-gambar yang masih sangat sederhana, bahkan dalam bentuk kotak-kotak. Para pembuat aplikasi game memiliki akses langsung kepada hardware, misalnya CPU dan GPU (Graphics Processing Unit). Semakin lama keberadaan game semakin kompleks dengan grafik dan alogaritma yang semakin hebat, dan juga tersedia pada banyak platform. Game yang sama bisa terdapat di konsol, smartphone, tablet, PC, dan lain sebagainya. Pada akhirnya tidak efektif untuk setiap platform jika setiap game harus dibangun dari awal. Untuk itu para developer memerlukan 'middleware' atau penghubung, serperti game engine dan graphic library.
Keberadaan middleware ini menjadi jarak dari developer untuk dapat mengakses dan mengontrol hardware yang tersedia secara langsung, dimana middleware yang lebih berperan di sini.
Game engine yang mungkin lebih kita kenal dari nama para pengembangnya, seperti Epic, Unity, Unreal, Quake, dan lain sebagainya, yang masing-masing sering memiliki spesialisasi dari type game yang dibuat, misalkan first person shooter, racing, multiplayer, dan lain-lain.
Graphic library di PC kita kenal sebagai OpenGL, dan untuk perangkat Android dinamakan OpenGL ES. Graphic liibrary ini disediakan oleh Khronos Group yang terbentuk dari konstribusi banyak perusahaan, seperti Samsung, Google, Apple, Sony, Nokia, Qualcomm, dan lainnya. Bentuk yang mirip dari graphic library ini adalah DirectX dari Microsoft dan Metal dari Apple.
Vulkan ini sebenarnya adalah graphic library yang baru, nama sebelumnya adalah Next OpenGL. Tujuan utamanya tidak lagi graphic library ini harus berbeda-beda untuk setiap platform, jadi nanti baik untuk PC maupun perangkat smartphone, cukup Vulkan saja tidak perlu lagi terpisah OpenGL dan OpenGL ES.
Graphic library sendiri sebenarnya adalah API (Application Program Interface) serangkaian instruksi yang bisa memerintahkan hardware harus melakukan apa. Bedanya Vulkan dengan OpenGL yang, kali ini developer aplikasi dan game dapat turut mengontrol seberapa jauh aplikasi mereka menggunakan kemampuan hardware.
Dengan Vulkan, developer dapat merancang aplikasinya bekerja dengan memanfaatkan resource hardware secara optimal. Hasilnya sangat berguna untuk processor yang terdiri dari multicores (banyak inti) seperti sekarang ini, beban kerja dapat dibagi kepada banyak processor, sehingga dengan dikerjakan bersama selain lebih cepat selesai, tidak menjadi beban processor yang berlebihan sehingga tidak menghasilkan panas atau penurunan kinerja.
Bagi pengguna awan mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa hardware ayng berbeda walaupun menjalankan game atau aplikasi yang sama, akan menghasilkan kualitas gambar ataupun kemampuan untuk menjalankan apliaski atau game tersebut berbeda-beda. Contohnya game balap mobil, pada device dengan hardware yang berspesifikasi lebih tinggi akan menghasilkan frame per second yang lebih tinggi juga, menghasilkan gambar yang lebih halus.
Dengan menggunakan hardware yang mumpuni bisa mendapatkan hasil yang lebih kaya dan realistis untuk menampilkan suatu adegan. Misalnya pada game balap mobil, ada rendering refleksi dari langit di kaca mobil, atau pada saat terjadi tabrakan terdapat asap selain dari serpihan-serpihan, dan lain sebagai yang menghasilkan gambar yang lebih detail.
Dengan Vulkan, distribusi kinerja yang lebih merata kepada multicore CPU dan GPU akan memungkinkan suatu game ditampilkan lebih realistis dengan hasil rendering yang sangat baik dengan detail yang kaya, bahkan juga ditambah dengan penggunaan baterai yang lebih hemat.
Berikut ini salah satu contoh perbedaan kinerja Vulkan dengan OpenGL ES yang lama.
Melangkapi Vulkan, untuk para penggemar game, Galaxy S7 dan S7 Edge juga dilengkapi dengan Game Launcher. Semua game dapat dikumpulkan di launcher ini, dan pengguna dapat memanfaatkan fitur game tools yang memungkinkan ketika bermain game tidak diganggu oleh notifikasi, mengunci tombol back dan recent menu supaya tidak tertekan secara tidak sengaja saat bermain game, merekam permainan untuk dibagikan atau sekedar mengambil screenshots.
Dengan game tools ini permainan bisa di pause dan game di minimize untuk melakukan aktivitas lainnya di smartphone, kemudian dapat kembali diteruskan pada state yang sama.
TABEL PERBEDAAN
Dari beberapa contoh yang telah disebutkan di atas,ternyata bila digali lebih dalam, inovasi pada smartphone masih terus akan bergulir untuk membuatnya semakin baik dalam kinerja dan semakin berguna untuk membantu kebutuhan banyak orang yang memerlukan di dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kali kita hanya mengandalkan spesifikasi di atas kertas tanpa kita menyadari, dan setelah melihat lebih jauh, ternyata selain inovasi baru, inovasi yang sudah ada pun masih bisa dikembangkan lebih baik dan lebih jauh lagi.
Semoga berguna.
Salam,
IndoTECH
No comments:
Post a Comment